Surabaya (Berita Kampus) – Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Surabaya (Persas) menggelar kegiatan friendly match dengan tim sepak bola Universitas Adi Buana (UNIPA) Surabaya di lapangan sepak bola UNIPA, Surabaya, Minggu (8/12) sore. Pertandingan friendly match ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga simbol dedikasin dan perjuangan tanpa batas bagi para pemain yang membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berprestasi.
Dilansir dari Cakrayuda Hankam.Com Sekretaris menerangkan bahwa Persas Surabaya Abdul Syakur mengatakan bahwa cikal bakal Persas bermula ini dari anggota komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI) yang mempunyai hobi sepak bola. Menurutnya, klub Persas ini didirikan awal tahun 2022 dengan penuh semangat memfasilitasi bakat para pemain disabilitas yang kena amputasi di Surabaya.
“Awal kami ini dari anggota DMI yang mempunyai kegemaran bermain sepak bola. Awalnya, mereka ikut bergabung dengan tim dari Madura dikarenakan Surabaya belum ada klub serupa. Dari situlah, kami termotivasi untuk mendirikan Persas surabaya,” ujarnya saat diwawancarai awak media disela-sela pertandingan.
Syakur menjelaskan bahwa klub ini berhasil menarik minat pemain-pemain baru melalui sosialisasi ke berbagai komunitas, sekolah inklusi, hingga rumah sakit dan pusat rehabilitasi.
“Kami ini pernah mendatangi sekolah, kampus, hingga komunitas korban kecelakaan. Bahkan, kami menemukan pemain dari sosialisasi di rumah sakit atau tempat pembuatan kaki palsu,” jelas Syakur sapaan akrabnya.
Syakur mengungkapkan, banyak pemain yang mana harus berjuang melawan trauma dan rasa tidak percaya diri.
“Beberapa dari mereka awalnya malu bermain di lapangan. Tapi, kami terus memberikan motivasi dan saling menguatkan. Tak hanya itu, kami terus memberikan untuk bersyukur atas apa yang dimiliki. Salah satunya, semangat yang kami tanamkan,” ungkap Sekretaris Persas Surabaya.
Syakur pun menekankan bahwa prestasi terbesar klub bukan hanya trofi, tapi membantu pemain keluar dari zona nyaman dan menerima kondisi saat ini mereka alami. Lebih lanjut, kata Syakur, semangat mereka sangat luar biasa, akan tetapi sangat disayangkan masih kurang perhatian dari pemerintah kota (Pemkot).
“Selama ini kami swayada. Dana untuk latihan, makanan, vitamin,hingga kebutuhan pemainan sebagian besar dari donatur swasta. Padahal, prestasi membutuhkan dukungan finansial yang memadai,” terangnya.
Syukur menambahkan, Persas surabaya belum mempunyai sekretariat resmi untuk menyimpan peralatan khusus seperti tongkat penopang yang digunakan pemain amputasi.
“Kami berharap pemerintah kota Surabaya dan provinsi Jatim lebih hadir dan memberikan dana pembinaan atau setidaknya fasilitas dasar untuk mendukung aktivitas kami,” harapnya.
Sesi latihan di lapangan Semangat PAGI (Kampus Dukuh Menanggal)
Sementara itu, Pelatih Persas Surabaya Mohammad Qomari menyampaikan bahwa perkumpulan ini dari inisiatif yang bermula dari pengalaman pemain kita bernama Kusnul, yang mana pernah berkompetisi diajang sepak bola disabilitas.
“Gagasan tersebut akhirnya diwujudkan dengan mendirikan Persas tahun 2022. Organisasi ini digawangi oleh Hendro sebagai Ketua dan Sakur sebagai sekretaris, dan saya sendiri awalnya diminta menggantikan pelatih sebelumnya pak Tomo karena kesibukan,” kata Qomari, sapaan akrabnya.
Qomari menuturkan bahwa dalam proses melatih, kami banyak menghadapi berbagai tantangan. “Teknik bermain anak amputasi berbeda jauh dari pemain normal. Saya harus sabar dan belajar memahami mereka,” tuturnya.
Qomari mengungkapkan bahwa kami pun melibatkan pemain yang sudah bergabung di timnas untuk memberikan contoh teknik seperti dribbling, passing, hingga shooting agar metode pelatihannya lebih relevan dan tidak menyakiti perasaan pemain.
“Selain itu, mendekati personal dan juga menanamkan pentingnya mental kuat serta disiplin agar para pemain tidak hanya sukses di lapangan, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Qomari. (*)