Surabaya (Berita Kampus) – Beradaptasi, karena kita para guru tak dapat menghindari kemajuan teknologi. Dunia saat ini dalam kondisi menghadapi VUCA artinya dunia yang kita hidupi sekarang, dimana perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif. Perkembangan teknologi dan informasi menjadi salah satu pengaruh terbesar dari perubahan ini. Prof Dr I Nyoman Sudana Degeng MPd, memberikan kuliah perdana tentang VUCA, yang merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Istilah ini diciptakan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus, dua orang pakar ilmu bisnis dan kepemimpinan dari Amerika.
Bukan baru sekarang ini Prof Degeng menyampaikan tentang fenomena VUCA. Bahkan sudah diprediksikan sejak tahun 1990, era keridakpastian seperti ini. Bahkan bukunya yang terbit tahun 1998 berjudul Mencari Paradigma Baru : Pemecahan Masalah Belajar Dari Keteraturan Menuju Ke Semrawutan terbitan IKIP Malang, sudah cerita banyak mengenai era yang akan kita jumpai saat ini.
Alasan utama Prof Degeng menyampaikan kuliah perdananya tentang VUCA, sebab dalam menghadapi era ini, sektor pendidikan adalah tulang punggung untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas. Sehingga untuk dapat merealisasikan hal tersebut perlu menciptakan karakteristik pembelajaran yang fleksibel, dinamis, kreatif, inovatif, dan cerdas. Jika terealisasi maka akan tercipta atmosfer kebebasan belajar, kreatifitas, adaptasi, dan kompetensi menjadi maksimal yang berujung pada lulusan magister teknologi pendidikan yang berkualitas.
Penyampaian materi ini, ditangkap langsung oleh mahasiswa yang bernama Adhitya Dhevi Marendra SPd yang berasal dari SMAN 4 Surabaya. “Saya tidak pernah takut dengan tantangan di era kesemrawutan ini, saya akan berjuang dengan idealisme saya untuk menjawab segala tantangan, saya akan berjuang dengan ilmu yang akan saya dapat dari kampus ini, siapa tahu akan menjadi impact bagi masyarakat terutama pada dunia pendidikan” ungkap mas Adhit.
Sejalan dengan pemikiran Adhit, salah satu mahasiswa yang berprofesi sebagai Kepala Sekolah SD Taruna Nusa Harapan Mojokerto, yaitu Cicilia Eri Styowati SPd juga mengungkapkan bahwa menempuh kuliah di Program Pascasarjana adalah tuntutan karir. “Selain harus kuliah S2, maka pilihan saya di Adi Buana karena Akreditasi Program Studi sudah Unggul, tentunya ini merupakan keharusan bagi kami yang menekuni dunia pendidikan, harus mengikuti arus perubahan jaman” terang mbak Cicil.