Berita Kampus

May 19, 2024

Surabaya – Sisipkan penggalan sejarah berdirinya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, dalam lakon ludruk inovasi, Sawunggaling Nagih Janji. Sawunggaling yang saat muda disebut Joko Berek merupakan tokoh yang sangat familiar dalam lakon-lakon ludruk serta cerita rakyat di Surabaya. Sawunggaling muda penuh perjuangan dan kegigihan untuk mendapatkan tahtanya sebagai Adipati Jayengrono IV. Kisah itulah yang  menginspirasi bagi Adi Buana, untuk membuat pementasan ludruk inovatif.

Berawal dari kisah Dewi Sangkrah melahirkan dan membesarkan putranya seorang diri. Pasalnya, sang suami menjalankan tugas sebagai Adipati di Surabaya. Adipati Jayengrono meninggalkan Dewi Sangkrah saat usia kandungannya sudah tua. Ia pun meminta sang istri tetap tinggal di Kampung Donowati (sekarang Lidah Wetan), sementara ia akan berangkat untuk menjalankan tugasnya sebagai adipati. Nah, kelak puteranya tumbuh besar yang diberi nama Joko Berek, itulah melakukan tuntutan atau dapat disebut nagih janji. Janji untuk mendidik Joko Berek hingga menggapai pendidikan tinggi.

Kisah pencarian jati diri inilah, Joko Berek yang diperankan oleh salah satu dosen yaitu bapak Ismawandi BP, sangat penuh rintangan. Mulai di begal di jalanan, tidak mendapatkan pengakuan dari sang ayah, karena cukup lama tidak bertemu dan mengetahui tumbuh kembang Joko Berek tentu sang ayah prabu Jayengrono memerlukan berbagai macam pembuktian. Ludruk Inovasi ini sangatlah lengkap, sesuai dengan pakem ludruk. Di awali dengan tari remo bolet dengan lima penari, iringan Bedayan oleh adik-adik UKM paduan suara dengan diiringi group kerawitan Swara Buana. Ludruk selalu identik dengan lawakan dan jula-juli, kebetulan lawakan yang dibawakan oleh salah satu tokoh ludruk Jawa Timur, cak Sabil Lukito, menjadikan tampilan ludruk semakin menarik.

Tuntutan untuk mencari sang ayah, dan mendapatkan ilmu yang tinggi, Joko Berek dipertemukan dengan para tokoh pendiri Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Delapan tokoh pendiri kampus Semangat PAGI. Berdirinya IKIP Sarmidi Mangunsarkoro (1971), tokoh dalam lakon ini adalah Bapak Abdul Rajab, Bapak Iskandar  Wiryokusumo, dan Bapak Soelaiman Joesoef diperagakan dengan mengendarai vespa kuno. Akhirnya berdirilah IKIP Sarmidi Mangunsarkoro pada tanggal 20 Mei 1971 yang diikrarkan di Gedung Nasional Indonesia (GNI).

Tokoh-tokoh lainnya, seperti Bapak HA Hudan Dardiri, Bapak M Ali Basjar, Bapak Matadjit, Bapak Masini Atmadji dan Bapak Moch Roosly diperankan oleh para dosen dan tenaga kependidikan. Bahkan wajah-wajah para pemeran ini, benar-benar diseleksi hingga mirip para tokoh delapan pendiri di masa muda. Salah satu tokoh pendiri asli, Bapak Sutijono benar-benar memerankan dirinya sendiri. Bapak Sutijono memberikan ulasan yang sangat detail berkaitan dengan perkembangan Adi Buana, sejak berdiri, hingga berubah nama menjadi universitas pada tahun 1998, sejarahnya sangat lengkap. Akhirnya Sawunggaling bersama ayahandanya Adipati Jayengrono diterima di Kampus Adi Buana, dan klimaks dari cerita ini adalah diterimanya Joko Berek/Sawunggaling sebagai mahasiswa. Tuntuntan atau nagih janjinya untuk  mendapatkan ilmu yang tinggi, dipenuhi dengan kesanggupan ayahandanya untuk memberikan pendidikan terbaik untuk sang Putera tercinta. (*)


Berita Terbaru
Kategori Berita
Kemitraan Internasional
Monash University Universiti Teknologi Mara Hutech University of Technology International Cultural Communication Center Malaysia Maejo University Thepsatri Rajabhat University USSH Saint Louis University Institut Pendidikan Guru
Copyright © 2023 by Universitas PGRI Adi Buana Surabaya